PENAGIH SESAL
GORESAN PENA CUT AMELIA PRAMAISHELLA
Hari ini terasa lebih gelap dari biasanya
Kulihat senja merah bersembunyi malu di balik awan kelabu
Pedih...menyayat hati mereka yang bersih
Buruk rupa silaku menghujam kesabaran si penabur rindu
Diri mengetuk pintu hati
Namun apa daya diri-Nya mengunci dengan sesuka hati
Kaku raga kaku jiwa diriku hanya membatu
tak berkutik
Hitam putih dosa layaknya bara tersebar
di seluruh penjuru
Demi kenikmatan sesaat kini ku khianat
Mengikuti ajaran sesat bercampur bangsat dan
diimami oleh laknat
Kudengar bisikan setan berbau alibi
Yang membuatku lupa akan ibadah
Dan pada petang kelabu itu ia datang
Tidak seperti layaknya tamu mungkin malaikat malas untuk berjabat
Sebab kutahu ia ingin memangsaku dengan cepat
Dan sekali lagi ku kaku layaknya batu
Tat kala si penetes air mata itu datang
Sang penagih janji itu datang, dengan lugasnya ia berkata
“sudah puaskah kau dengan harimu?”
“Sudah dekatkah kau dengan Tuhanmu?”
“sudah cukupkah amal ibadahmu?”
Dan... “sudah siapkah kau untuk kujemput?”
Namun, ku hanya bisa meneteskan air mata
Tak sempat terlintas dalam sukmaku
Kulihat ia membawa selembar daun berukir nama
Dan... namaku terukir di sana
Dingin merambat beku, bibir menjadi biru
Dialogku dengannya “Tidak inginkah kau berfikir
sekali lagi?”
Wahai malaikat... Ku mohon...
Tugasku belum tuntas ibadahku belum pantas
Kurasa raga hina ini belum siap menghadap
diri-Nya
Namun apa yang harus kuperbuat ?
Tugasku hanya menaih janji yang sudah kau cuat
Dengan rintihan ini ia menjadi saksi atas sumpahku
kali ini
Aku besumpah atas nama Tuhan
Ku hnya butuh serpihan waktu-Mu sekeping lagi
Dengan sekeping kecil pemberianmu
Percayalah ku akan taat kepada-Nya
Ku akan menjalankan segala perintah-Nya
Ku akan menjauhi segala larangan-Nya
Seketika lidah ini terhenti memainkan aksinya
Nadi ini menghentikan arusnya Hingga coba kau tebak?
Mata ini kehilangan daya tariknya
Ku tersentak bahwa malaikat telah memainkan sulapnya
Dan gelap telah datang pada deranya
Ku tak bisa melawan
Ku tak bisa menghindar
Sebab kutahu, Dia Sang Maha Segalanya
TERIMA KASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar